Rabu, 12 Oktober 2011

Contoh Resensi


Resensi novel.

Resensi Boulevard de Clichy - Agonia Cinta Monyet

Judul : Boulevard de Clichy-Agonia Cinta Monyet
Penulis : Remy Sylado
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tanggal terbit : Maret – 2007
Jumlah halaman : 400 halaman
Kategori : Novel


Campur tangan ibu Budiman dengan bantuan opo-opo (guna-guna) membuat budiman lupa akan perbuatannya terhadap Nunuk, bahkan melupakan Nunuk, gadis yang dicintainya. Sebagai anak orang kaya, Budiman melanjutkan sekolah di Perancis, tetap dengan gaya anak pejabat yang lebih suka menghabis-habiskan uang daripada menggali ilmu pengetahuan yang bisa diperolehnya di sana.
Sementara Nunuk yang punya keluarga di Belanda diceritakan memutuskan untuk membawa anaknya yang baru lahir dan tinggal bersama keluarga ibunya di Belanda, melanjutkan sekolah di sana. Pertemuannya dengan seorang pencari bakat turunan Turki membawanya berkelana mencari pengalaman baru di Paris, Perancis. Kisah yang juga sama dengan pencari TKW yang mengajak perempuan desa ke kota, ataupun ke luar negeri dengan janji pekerjaan demi kehidupan yang lebih baik.
Jalan cerita selanjutnya tidak terlalu sulit untuk ditebak. Kepintaran Nunuk membawanya menjadi bintang di Boulevard de Clichy dengan julukan Météore de Java. Tutur cerita yang secara detil menggambarkan situasi Boulevard de Clichy, maupun gambaran detil perilaku pelakon cerita serta perasaan-perasaan mereka, menjadi daya tarik utama dari novel-novel karangan Remy Sylado.
Sayangnya, akhir cerita yang terkesan terburu-buru dan terlalu dipaksakan membuat kekuatan cerita menjadi berkurang. Cerita Budiman dan Nunuk yang kembali lagi ke tanah air dan bertemu kembali setelah terpisah selama 5 tahun ternyata tidak dikisahkan sedetil dan seindah novel di bagian awal. Akhir cerita lebih berwarna "fairy tale", seperti kisah putri upik abu yang disunting pangeran kaya-raya.
Memang ini bukan kisah seribu satu malam, atau HC Andersen yang selalu mengatakan bahwa kejujuran dan kebaikan akan selalu menang dan juga bahwa kemenangan dan kemuliaan bersumber dari usaha kerja keras dan penuh pengorbanan.
Oleh karena itu, sah-sah saja kalau jalan ceritanya menjadi demikian.
Membaca bagian akhir buku ini tidak lebih dari sekadar ingin menuntaskan suatu pekerjaan yang sudah terlanjur dimulai, disertai harapan mudah-mudahan novel Remy Sylado berikutnya dapat lebih hidup dan mengasyikkan sampai dengan akhir cerita.










Resensi buku nonfiksi.


Kisah Membaca Seorang "Yogi Buku"

Judul buku : Dari Buku ke Buku, Sambung Menyambung Menjadi Satu
Penulis : P. Swantoro
Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia
Cetakan : I
Tahun terbit : 2002
Jumlah halaman : xxv + 435 halaman

Bagi Polycarpus Swantoro yang ahli sejarah dan jurnalis senior, membaca buku seolah-olah seperti berolah yoga. Sebagaimana seorang empu keris yang bekerja dalam waktu yang lama untuk membuat keris yang ringan dari bahan yang bobotnya puluhan kilogram, seperti itu pulalah yang dilakukan oleh P. Swantoro. Bedanya, P. Swantoro tidak melakukan pekerjaan menempa besi, tetapi membaca buku. Tentu saja ada ribuan judul buku yang sudah dibaca Pak Swan. Namun, dalam bukunya yang berjudul Dari Buku ke Buku, Sambung Menyambung Menjadi Satu ini "hanya" 200 judul buku yang ia "kisahkan".
Dengan cara yang menawan, ia mengisahkan bagaikan seorang kakek yang baru pulang dari berkelana di negeri yang jauh, kemudian menceritakan peng-alamannya kepada anak cucunya.
Sebagai seorang pengelana di dunia buku, tidaklah mengherankan jika buku-buku yang ia kisahkan merupakan buku-buku babon yang tua dan cukup langka,. Misalnya, The History of Java karya Thomas S. Raffles yang terbit tahun 1817, Inleiding tot de Hindoe-Javaanche Kunst karya N.J Krom yang terbit tahun 1919, atau De Ijombok Kxpedie karya W Cool yang terbit tahun 1896. Memang, di sana-sini, untuk keperluan pendukung data, Pak Swan juga menggunakan cukup banyak sumber sekunder. Sebenarnya, hal ini agak mengganggu. Ketika membahas topik PKI, misalnya, Pak Swan, sebenarnya, perlu menggunakan sumber yang lebih memadai.
Tema yang diangkat pun beraneka ragam, mulai dari cerita tentang lambang-lambang kota di Indonesia, cerita tentang penulis pertama buku komunis di Indonesia, cerita Pak Poerwa, cerita tentang meletusnya Gunung Merapi, cerita tentang para orientalis dan sarjana Indonesia, romantika para pendiri bangsa, serta ditutup dengan khayalan Pak Swan agar para pemimpin dan intelektual masa kini dapat beryogi. Bagi para pembaca "pemula", tema yang tumpang-tindih tanpa sistematika yang jelas ini cukup merepotkan.
Dalam membicarakan suatu bab, Pak Swan sering meloncat-loncat kian kemari. Kata demi kata mengalir tanpa jelas muaranya. Misalnya, ketika membicarakan Teeuw, Yogi Sastra, Yogi Keris, Yogi Ilmu, pembaca benar-benar dituntut cermat untuk menginterpretasikan benang merah ide tulisan-tulisan ini. Namun, jika kita bersabar untuk menikmati buku ini sampai habis, tentu kita dapat menemukan keseluruhan ide Pak Swan dan kebingungan yang muncul di bab demi bab akan terjawab.
Buku Pak Swan ini mengingatkan kita pada tiga jilid buku Nusa Jawa Silang Budaya karya Denys Lombard. Tulisan Lombard juga mengabaikan kronologi waktu, yang merupakan syarat untuk menulis sejarah konvensional. Namun, kecurigaan bahwa buku Pak Swan menggunakan pola yang sama dengan buku Denys Lombard tidak terbukti mengingat dalam menulis buku ini Pak Swan lebih mengandalkan memorinya, seperti pengakuan Pak Swan sendiri dalam pengantar. Karena mengandalkan memori, tentu saja tulisan yang dihasilkannya menggunakan pola penceritaan lisan.
Buku ini lebih merupakan buku sejarah walaupun temanya beraneka ragam. Pembaca yang baru akan masuk ke wacana sejarah Indonesia, akan sangat terbantu dengan membaca buku ini terlebih dahulu. Demikian pula para mahasiswa jurusan sejarah.
Buku ini sebenarnya akan lebih sempurna jika penulisnya, di samping membicarakan cara pandang para orientalis Barat, juga memberikan contoh buku-buku yang memuat cara pandang Timur. Sekadar contoh, dijelaskan tentang sebutan "Timur Tengah" untuk wilayah negara di jazirah Arab. Mengapa orang Indonesia tidak menyebutnya sebagai "Barat Dekat", misalnya? Bukankah sebutan "Timur Tengah" adalah sebutan orang Barat yang melihat jazirah Arab dari sudut pandang wilayahnya? Pandangan seperti ini sangat diperlukan bagi para mahasiswa sejarah di Indonesia yang tampaknya semakin kesulitan membaca buku-buku sumber utama.
Untuk keperluan studi para mahasiswa sejarah, akan sangat menggembirakan jika Pak Swan menceritakan juga buku Orientalism karya Edward W. Said yang terbit tahun 1979. Selain itu, sebaiknya, buku yang berisi sikap kita terhadap tradisi Barat yang berjudul Oksidentalisme karya Hassan Hanafi yang diterbitkan Paramadina, Jakarta, tahun 2000 juga dibicarakan.
Hal lain yang belum dibahas secara lengkap oleh Pak Swan sebagai seorang ahli sejarah dan pemerhati kebudayaan Jawa adalah tentang historiografi Jawa.
Prof. C.C. Berg, memang, sempat dimunculkan dalam bagian Babad: Kitab Dongeng? Namun, sayang sekali, karya C.C. Berg yang berjudul Oavaanche Geschiedschrijving, yang terbit di Amsterdam tahun 1938, tidak dimunculkan sehingga gambaran mengenai penulisan sejarah di Pulau Jawa menjadi agak terabaikan.
Terlepas dari berbagai ketidaksempurnaan-nya, harus diakui bahwa buku pertama seorang "yogi buku" ini merupakan karya yang memikat. Bahkan cara dan gaya pengungkapannya, dalam kadar tertentu, telah memberikan sentuhan sastra yang cukup enak dinikmati. Kita menantikan karya berikutnya.

Sumber: Majalah Matabaca, Agustus 2002 (dengan perubahan)




















Resensi buku kumpulan cerpen.


Pudarnya Pesona Cleopatra

Judul buku : Pudarnya Pesona Cleopatra
Penulis : Habiburrahman El Shirazy
Cetakan : 11, Februari 2006
Jumlah halaman : 111
Penerbit : Republika
Harga : Rp. 21.000,00

“Tak terasa air mataku mengalir, dadaku sesak oleh rasa haru yang luar biasa. Tangisku meledak. Dalam isak tangisku semua kebaikan Raihana selama ini terbayang. Wajahnya yang teduh dan baby face, pengorbanan dan dan pengabdiannya yang tiada putusnya, suaranya yang lembut, tangisnya mengalirkan perasaan haru dan cinta. Ya, cinta itu datang dalam keharuanku. Dalam keharuanku terasa ada hawa sejuk turun darik langit dan merasuk dalam jiwaku. Seketika itu pesona kecantikan Cleopatra memudar…”
Itulah cuplikan yang ada pada novel mini ini. Ada dua pemaparan utama pada novel ini. Pria yang memperistri orang yang bernama Raihana tanpa ada cinta pada awalnya, karena pernikahan mereka hanyalah sebatas ibadah kepada orang tua. Raihana digambarkan sebagai seorang yang cantik, berjilbab rapi dan hafidz Al Qur’an. Perwatakannya semampai lagi lemah lembut pribadinya. Ia mencintai suaminya sepenuh hati walau sang suami belum biasa mencintainya.
Hampir mirip dengan novel Ayat-ayat Cinta, novel ini juga mengambil tema cinta dalam permasalahannya. Penulis kembali mengajak kita sedikit berkhayal tentang negeri Mesir dan Andalusia.
Dalam novel ini juga terdapat satu lagi judul yaitu Setetes Embun Cinta Niyala,. Sebuah kisah akhwat lulusan Fakultas Kedokteran di salah satu universitas negeri di Jakarta. Dalam kisahnya digambarkan akhwat bernama Niyala yang selepas lulus dari kuliahnya harus kembali ke desa dan menikah dengan lelaki yang memiliki piutang kepada ayahnya sebesar delapan puluh juta rupiah. Niyala menggadaikan dirinya kepada lelaki itu.
“Dan orang-orang yang berkata: “Ya Tuhan kami, jauhkan azab jahannam dari kami, sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasaan yang kekal.” Sesungguhnya jahannam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman .(QS. Al Furqaan65-66)
Banyak hal yang menarik dari kedua cerita dalam satu novel ini. Kemampuan sang penulis untuk membuat diskripsi dalam otak kita dan membawa kita kedalam khayalan sangat patut diacungi jempol. Disisipkan dengan ayat-ayat Al Qur’an dan ending dari masing-masing cerita pun tidak terduga-duga.
Novel ini bagus untuk mengisi waktu luang dan sedikit memuhasabah diri. Apalagi novelini sangat cocok untuk mereka yang bermasalah karena menganggap kecantikan adalah segalanya.


Sumber :





Resensi 10 Film Hollywood Yang Wajib Ditonton Di Tahun 2011


Memasuki tahun 2011, setelah menyampirkan harapan tinggi-tinggi pada resolusi yang akan kita capai di Tahun Kelinci ini, ada baiknya kita simak beberapa film-film spektakuler Hollywood yang “layak tonton” dan pantas masuk dalam rekomendasi sepanjang tahun 2011. Banyak diantaranya merupakan sekuel atau prekuel film sukses sebelumnya. Ini dia 10 film pilihan terbatas yang masuk dalam daftar film prioritas yang akan saya tonton tahun ini (moga-moga selera saya selaras pula dengan selera anda):

Green Hornet (Januari 2011) :

Seth Rogen (Knocked Up, Pinneaple Express) berperan sebagai Britt Reid pahlawan bertopeng Green Hornet dalam film yang diarahkan oleh sutradara Michael Gondry ini. Britt adalah putra seorang pemilik surat kabar dan dalam aksinya ia ditemani oleh karyawan ayahnya, Kato (peran ini pernah dimainkan pula oleh alm. Bruce Lee) yang diperankan oleh artis Taiwan, Jay Chou. Dikisahkan dalam film yang diangkat dari serial Radio ciptaan George W Trendle berjudul sama dan akan rilis pertengahan Januari ini, Sejak kematian ayahnya yang misterius, Britt Reid,anak pemilik surat kabar terkenal di Los Angeles yang dulunya adalah pemuda yang senang berhura-hura akhirnya menyadari bisa berbuat sesuatu yang bermakna untuk hidup. Ditemani oleh Kato mereka berkeliling kota membasmi kejahatan dengan mengendarai The Black Beauty, mobil ciptaan Kato yang canggih dan tak mudah dihancurkan. Film ini dimeriahkan pula oleh Cameron Diaz, yang berperan sebagai Lenore Chase (sekretaris Britt)

Fast and Furious V (April 2011) :

Vin Diesel dan Paul Walker akan kembali beraksi dalam film kebut-kebutan mobil dengan adegan-adegan berbahaya memacu adrenalin yang disutradarai oleh Justin Lin dan skenarionya ditulis oleh Chris Morgan ini. Petualangan Dominic Toretto dan Brian O’Conner yang melarikan diri dari petugas hukum akan menjadi daya tarik film yang akan dirilis pada akhir April 2011 ini.

Kungfu Panda II (Mei 2011) :

Sekuel Kungfu Panda ini dipastikan akan menarik banyak penonton untuk menyaksikannya di bioskop. Po (suaranya diisi oleh Jack Black) Sang pendekar Panda menghadapi Lord Shen (Gary Oldman) yang memiliki sebuah senjata rahasia yang sangat berbahaya. Lord Shen terobsesi untuk menguasai seluruh negeri dan berencana menghancurkan ilmu bela diri Kung Fu. Po mendapat bantuan dari The SoothSayer (Michelle Yeoh), Master Skunkman (James Woods), Master Croc (Jean-Claude Van Damme), dan Master Thundering Rhino oleh (Victor Garber) . Aksi-aksi seru dan lucu PO bersama kawan-kawannya menggagalkan rencana jahat Lord Shen itu ditampilkan secara ciamik dalam film ini.

Pirates of Caribbean : On the Strangers Tide (Mei 2011)


Kapten Jack Sparrow (Johny Deep) berpetualang bersama Angelica (Penelope Cruzz) mencari mata air kehidupan yang konon tidak membuat seseorang bertambah tua sedikitpun. Masalah kian runyam ketika Jack menyadari bahwa Angelica tak lain adalah putri dari bajak laut Blackbeard (Ian McShane), musuh besar Jack Sparrow. Tapi perjalanan sudah dimulai dan Jack tak akan mengurungkan niatnya sedikitpun untuk melaksanakan niatnya.

X-Men : First Class (Juni 2011) :


Penggemar Wolverine (diperankan oleh Hugh Jackman) mesti bersiap-siap kecewa dalam film yang merupakan prekuel dari film-film X-Men sebelumnya karena tokoh tersebut tidak muncul dalam film ini. X-Men : First Class memang mengisahkan awal mula epik X-Men yakni mengangkat masa muda Charles Xavier dan Erik Magnus Lensherr sebelum didirikannya Xavier School For Gifted Youngster . School of Mutant Resources mereka dirikan seusai menamatkan sekolah di Oxford untuk meneliti dan mempelajari fenomena baru yang terjadi pada manusia yaitu "homo superior", yaitu manusia jenis mutan yg memiliki gen X. Siswa yang belajar di sekolah khusus itu awalnya adalah Jean Grey, Scott Summers, Hank McCoy, Ororo Munroe, Raven Darkholme, Mortimer Toynbee dan Emma Frost. Perbedaan pemahaman dan idealisme membuat kedua sahabat ini menuai konflik hingga akhirnya justru menjadi seteru yang saling menghancurkan.

Harry Potter and The Deathly Hallows, Part 2 (Juli 2011) :


Ini adalah film yang ditunggu-tunggu oleh para penggemar Harry Potter sebagai edisi pamungkas rangkaian film Harry Potter sebelumnya, setelah sebelumnya mengikuti episode pertama menjelang akhir tahun 2010. Film ini masih tetap diperankan oleh Daniel Radcliffe, Emma Watson, Rupert Grint.

Transformers 3 : Dark Of The Moon (Juli 2011) :


Dua serial film Transformers sebelumnya berhasil menuai sukses besar dan pada episode ketiga ini para penggemar Megan Fox harus siap-siap kecewa karena artis sexy yang pada 2 episode sebelumnya berperan sebagai Mikaela Banes, kekasih sang tokoh utama, Sam Witwicky, tidak terlibat dalam Transformer 3. Meski tanpa Megan Fox lagi, film ini kembali akan menggelar aksi-aksi spektakuler dan efek sinematografi canggih lebih dashyat dari 2 film sebelumnya. Jadi bersiaplah saksikan kehebatan robot Optimus Prime, Bumble Bee, Iron Hide, Ratchet, Sides Wipes,Megatron, Starscream, dan Soundwave berjibaku dalam film ini.

Captain America : The First Avenger (Agustus 2011)


Chris Evans pemeran manusia api dalam film “Fantastic Four” akan berperan sebagai Steve Rogers alias Captain America. Kisah ini menampilkan setting tahun 1940-an dimana Steve Rogers – seorang prajurit yang tidak bisa turun ke medan perang untuk melawan Nazi karena fisiknya dianggap tidak layak—diminta untuk menjalani sebuah program rahasia militer yang dapat mengubah dirinya menjadi manusia super.

Spy Kids 4: All The Time in the World (Agustus 2011)


Jessica Alba akan berperan sebagai Marissa Cortez Wilson (Jessica Alba) mantan agen rahasia yang menikah dengan reporter televisi pemburu agen mata-mata terkenal Wilbur (Joel McHale) dan ibu tiri dari dua anak kembar yang sangat cerdas Rebecca (Rowan Blanchard) dan Cecil (Mason Cook) dalam film Spy Kids 4 yang disutradarai oleh Robert Rodriguez. Jeremy Piven yang berperan sebagai tokoh antagonis dalam film ini mengancam akan mengambil alih bumi dan menghentikan waktu. Marissa dipanggil oleh Markas Besar OSS untuk mencegah aksi kejahatan tersebut dengan didampingi oleh Carmen (Alexa Vega) dan adiknya Juni Cortez (Daryl Sabara), anggota Spy Kids yang sudah beranjak remaja.

Mission Impossible 4: Ghost Protocol (Desember 2011) :


Aktor tampan Tom Cruise kembali akan membintangi film kolosal Mission Impossible IV berjudul “Ghost Protocol” yang rencananya akan ditayangkan perdana oleh Paramount Pictures 6 Desember 2011. Pada film yang gambarnya diambil di Dubai, Praha dan Canada ini, Tom akan didampingi oleh artis pendukung seperti Aktor Jeremy Renner dan aktris Paula Patton.

Sumber :





R e s e n s i

 
A.         Pengertian Resensi
Resensi adalah suatu tulisan atau ulasan mengenai nilai sebuah hasil karya, baik itu buku, novel, majalah, komik, film, kaset, CD, VCD, maupun DVD. Tujuan resensi adalah menyampaikan kepada para pembaca apakah sebuah buku atau hasil karya itu patut mendapat sambutan dari masyarakat atau tidak. Yang akan kita bahas pada buku ini adalah resensi buku. Resensi buku adalah ulasan sebuah buku yang di dalamnya terdapat data-data buku, sinopsis buku, bahasan buku, atau kritikan terhadap buku.
Resensi berasal dari bahasa Latin, yaitu dari kata kerja revidere atau recensere. Artinya melihat kembali, menimbang, atau menilai. Arti yang sama untuk istilah itu dalam bahasa Belanda dikenal dengan recensie, sedangkan dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah review. Tiga istilah itu mengacu pada hal yang sama, yakni mengulas buku. Tindakan meresensi dapat berarti memberikan penilaian, mengungkap kembali isi buku, membahas, atau mengkritik buku. Dengan pengertian yang cukup luas itu, maksud ditulisnya resensi buku tentu menginformasikan isi buku kepada masyarakat luas.
Pada Kamus Sinonim Bahasa Indonesia disebutkan bahwa resensi adalah pertimbangan, pembicaraan, atau ulasan buku. Akhir-akhir ini, resensi buku lebih dikenal dengan istilah timbangan buku. Tujuan resensi adalah memberi informasi kepada masyarakat akan kehadiran suatu buku, apakah ada hal yang baru dan penting atau hanya sekadar mengubah buku yang sudah ada. Kelebihan dan kekurangan buku adalah objek resensi, tetapi pengungkapannya haruslah merupakan penilaian objektif dan bukan menurut selera pribadi si pembuat resensi. Umumnya, di akhir ringkasan terdapat nilai-nilai yang dapat diambil hikmahnya.
Pembuat resensi disebut resensator. Sebelum membuat resensi, resensator harus membaca buku itu terlebih dahulu. Sebaiknya, resensator memiliki pengetahuan yang memadai, terutama yang berhubungan dengan isi buku yang akan diresensi.
Ada yang berpendapat bahwa minimal ada tiga jenis resensi buku.
1.      Informatif, maksudnya, isi dari resensi hanya secara singkat dan umum dalam menyampaikan keseluruhan isi buku.
2.      Deskriptif, maksudnya, ulasan bersifat detail pada tiap bagian/bab.
3.      Kritis, maksudnya, resensi berbentuk ulasan detail dengan metodologi ilmu pengetahuan tertentu. Isi dari resensi biasanya kritis dan objektif dalam menilai isi buku.
Namun, ketiga jenis resensi di atas tidak baku. Bisa jadi resensi jenis informatif namun memuat analisa deskripsi dan kritis. Alhasil, ketiganya bisa diterapkan bersamaan.

B.   Unsur-unsur Resensi

Daniel Samad (1997: 7-8) menyebutkan unsur-unsur resensi adalah sebagai berikut:

1. Membuat judul resensi
Judul resensi yang menarik dan benar-benar menjiwai seluruh tulisan atau inti tulisan, tidakharus ditetapkan terlebih dahulu. Judul dapat dibuat sesudah resensi selesai. Yang perlu diingat, judul resensi selaras dengan keseluruhan isi resensi.

2. Menyusun data buku
Data buku biasanya disusun sebagai berikut:


a)      judul buku (Apakah buku itu termasuk buku hasil terjemahan. Kalau demikian, tuliskan judul aslinya.);
b)      pengarang (Kalau ada, tulislah juga penerjemah, editor, atau penyunting seperti yang tertera pada buku.);
c)      penerbit;
d)      tahun terbit beserta cetakannya (cetakan ke berapa);
e)      tebal buku;
f)        harga buku (jika diperlukan).
3. Membuat pembukaan

Pembukaan dapat dimulai dengan hal-hal berikut ini:
a)      memperkenalkan siapa pengarangnya, karyanya berbentuk apa saja, dan prestasi apa saja yang diperoleh;
b)      membandingkan dengan buku sejenis yang sudah ditulis, baik oleh pengarang sendiri maupun oleh pengarang lain;
c)      memaparkan kekhasan atau sosok pengarang;
d)      memaparkan keunikan buku;
e)      merumuskan tema buku;
f)        mengungkapkan kritik terhadap kelemahan buku;
g)      mengungkapkan kesan terhadap buku;
h)      memperkenalkan penerbit;
i)        mengajukan pertanyaan;
j)        membuka dialog.
4. Tubuh atau isi pernyataan resensi buku

Tubuh atau isi pernyataan resensi biasanya memuat hal-hal di bawah ini:
a)      sinopsis atau isi buku secara bernas dan kronologis;
b)      ulasan singkat buku dengan kutipan secukupnya;
c)      keunggulan buku;
d)      kelemahan buku;
e)      rumusan kerangka buku;
f)        tinjauan bahasa (mudah atau berbelit-belit);
g)      adanya kesalahan cetak.
5. Penutup resensi buku

Bagian penutup, biasnya berisi buku itu penting untuk siapa dan mengapa.

C.   Komponen Resensi

Komponen yang dapat dibahas dalam menyusun resensi novel adalah sebagai berikut.
a.       Tema
Tema apakah yang diungkap dalam novel?
Apakah tema yang diungkapkan itu menarik pembaca secara umum? Apakah tema sudah sering diungkapkan dalam seri cerita lain yang dibuatnya? Apakah tema dapat diterima sebagai kebenaran yang umum?
b.      Alur Cerita
Bagaimana peristiwa-peristiwa diatur dalam cerita?
Apa keunikan susunan peristiwa yang digunakan pengarang? Apakah ada pembaruan susunan peristiwa dalam cerita itu?
c.       Penokohan
Bagaimana pengarang memberi (menciptakan) watak atau karakter pada tokoh-tokohnya? Bagaimana sifat tokoh tersebut? Adakah keunikan dalam menciptakan watak tokoh?
d.      Sudut Pandang
Sudut pandang apa yang dipakai pengarang untuk menyampaikan cerita?
Adakah keunikan sudut pandang dalam cerita?
e.       Latar Cerita
Bagaimana latar cerita digunakan? Apakah latar ceritanya cocok dengan
peristiwa?
f.        Nilai-nilai
Nilai-nilai apakah yang dapat diambil pembaca dari cerita? Adakah nilai-nilai baru yang dikembangkan?
g.       Bahasa dan Gaya Cerita
Bagaimana bahasa yang digunakan pengarang? Apakah cerita disampaikan dengan cara humor, serius, atau sinisme?
h.       Pengarang
Siapa pengarang cerita itu? Bagaimana latar belakang kehidupannya?
Bagaimana kreativitasnya?

Dalam sebuah resensi tidak semua cerita tersebut diulas oleh penulis. Biasanya penulis hanya memilih aspek yang dianggap paling menarik. Pertimbangan tentang kemenarikan itu bersifat relatif subjektif. Oleh karena itu, resensi novel itu bersifat subjektif pula.
Jika anda telah membaca novel secara keseluruhan, hal-hal yang harus dicatat untuk membuat resensi bisa mengikuti cara seperti yang telah dikemukakan di atas, atau mengikuti cara berikut.
a.       Memberitahukan kepada masyarakat akan terbitnya buku baru dengan menginformasikan data-data, seperti judul novel, pengarang, penerbit, dan jumlah halaman.
b.      Menginformasikan jenis novel, tema, alur cerita, penokohan, sudut pandang, latar cerita, nilai-nilai, bahasa dan gaya cerita, reputasi pengarang, dan latar belakang penerbitan.
c.       Menyampaikan tujuan penulisan atau ringkasan novel.
d.      Menegaskan keunggulan dan kelemahan novel, apakah bermanfaat bagi masyarakat atau tidak. Apakah novel itu dapat memenuhi kebutuhan masyarakat atau tidak, bernilai bagi masyarakat atau tidak, dan seterusnya.

D.   Teknik Resensi
Ada tiga macam teknik meresensi buku yang dapat Anda lakukan.
Teknik pertama disebut sebagai teknik "cutting and glueing". Dinamakan seperti itu lantaran yang digunakan dalam teknik ini hanyalah "memotong" dan "merekatkan" potongan-potongan tulisan. Potongan tersebut berupa materi yang ada di dalam buku yang menarik perhatian Anda. Anda tinggal menyalin kalimat-kalimat menarik yang mencerminkan isi buku yang ditulis oleh penulis buku yang Anda baca. Sebagaimana Anda mengliping sebuah koran, begitulah yang Anda lakukan dengan "memotong" materi buku yang Anda baca.
Yang dimaksud dengan "memotong" di sini adalah memindahkan materi buku, dalam artian, Anda menuliskan kembali kalimat-kalimat menarik yang ditulis oleh si penulis ke dalam catatan Anda. Bagian yang Anda potong bisa bagian depan, tengah, atau belakang. Yang penting, yang Anda "potong" benar-benar bagian yang menarik perhatian Anda dan menurut Anda merupakan gagasan inti yang disampaikan oleh si penulis buku.
Setelah merasa cukup mengumpulkan "potongan", pilihlah yang lebih sesuai dan kaitkanlah "potongan-potongan" itu. Inilah tahap "merekatkan" atau menempelkan. Ingat, jangan asal tempel saja. Anda perlu waspada ketika mengaitkan "potongan" (baca: gagasan) yang satu dengan "potongan" yang lain. Usahakan agar tetap si penulis sendiri yang bicara. Peran Anda dalam resensi itu hanya dalam konteks menyambungkan, mengalirkan, dan mengaitkan gagasan yang satu dengan gagasan yang lain.
Diri Anda terwakili oleh judul resensi yang akan Anda buat. Selain itu, Anda dapat memasukkan diri dalam kesimpulan atau kalimat pembuka resensi apabila Anda dapat memberikan komentar pendek atas gagasan yang Anda rangkai yang berasal dari tulisan si penulis.
Teknik "cutting and glueing" ini merupakan teknik yang paling sederhana dalam membuat resensi atau teknik berlatih membuat resensi (sekaligus berlatih menulis) yang paling elementer. Apabila seseorang rajin berlatih dengan teknik ini, dia dapat meningkatkan penulisan resensinya dengan menggunakan teknik kedua.
Teknik kedua ini dinamai teknik "focusing". Teknik ini berkaitan dengan kegiatan "memusatkan perhatian" kepada satu komponen yang disajikan oleh sebuah buku. Tapi pemusatan perhatian pada buku tetap berpangkal pada apa yang merupakan sesuatu yang menonjol, yang "eye catching", dan yang memang sangat-sangat menarik perhatian.
Kita dapat menemukan hal-hal yang menonjol dari sebuah buku, seperti tema buku. Bisa pula metode pembahasan yang digunakan penulis. Sampulnya, sosok pengarangnya, gaya penyajiannya, atau latar belakang penerbitan buku tersebut. Apa saja bisa diangkat. Namun, peresensi yang ingin menggunakan teknik ini perlu sekali memilih salah satu komponen yang ada di dalam buku yang memang sangat menarik.
Teknik ketiga dinamai teknik "comparing". Teknik ini mengajak seorang peresensi untuk melakukan pembandingan atas hal-hal yang ada di dalam buku tersebut. Caranya dengan tidak hanya membaca satu buku saja. Selain buku yang ingin diresensi, seorang peresensi perlu membaca setidaknya lebih dari dua buku yang mempunyai kesamaan, misal satu tema, satu penulis, dan lain-lain. Hal ini membantu peresensi untuk dapat membandingkan buku yang ingin diresensinya dengan buku lain yang dibacanya.
Meskipun proses pembandingan itu tidak langsung dan frontal, tapi dengan membaca banyak buku, peresensi dapat memiliki cakrawala yang luas dan dapat menemukan kelebihan ataupun kekurangan yang terdapat di dalam sebuah buku. Tentu, hasil resensi yang berasal dari penggunaan teknik ketiga ini akan lebih memperkaya pembaca resensi buku tersebut.

Sumber :