Selasa, 31 Januari 2012

TSUNAMI



BAB I
PENDAHULUAN 


           A.   Latar Belakang
Sampai saat ini bumi merupakan satu-satunya planet yang dapat mendukung kelangsungan hidup seluruh makhluk, diantara planet-planet anggota tata-surya lainnya. Oleh karenanya pengetahuan mengenai bumi dianggap sangat vital guna kelangsungan hidup penghuninya termasuk manusia.

Di jagat raya ini masih banyak pengetahuan yang belum kita kuasai, termasuk pengetahuan mengenai gempa bumi, tsunami dan cara memprediksinya. Dari hal ini kita dapat mengambil kesimpulan bahwa ruang lingkup ilmu kita masih sangat kecil bila dibandingkan dengan luasnya jagat raya. Ini juga merupakan bukti bahwa Allah Maha Besar, Maha Mengetahui atas segalanya dan kita tidak sepatutnya sombong dengan pengetahuan kita yang sangat sedikit ini.

Indonesia merupakan negara yang paling rawan bencana alam di dunia demikian menurut United Nations International Stategy for Disaster Reduction (UNISDR; Badan PBB untuk Strategi Internasional Pengurangan Risiko Bencana). Berbagai bencana alam mulai gempa bumi, tsunami, letusan gunung berapi, banjir, tanah longsor, kekeringan, dan kebakaran hutan rawan terjadi di Indonesia.
Bahkan untuk beberapa jenis bencana alam, Indonesia menduduki peringkat pertama dalam paparan terhadap penduduk atau jumlah manusia yang menjadi korban meninggal akibat bencana alam. Inilah yang menasbihkan Indonesia sebagai negara dengan resiko dan dampak bencana alam tertinggi di dunia.
Dari berbagai jenis bencana alam, United Nations International Stategy for Disaster Reduction (UNISDR) merangking jumlah korban pada 6 jenis bencana alam yang meliputi tsunami, tanah longsor, banjir, gempa bumi, angin topan, dan kekeringan.
Dan dari keenam jenis bencana alamtersebut, Indonesia menduduki peringkat pertama pada dua bencana alam yakni tsunami dan tanah longsor, peringkat ketiga pada gempa bumi, dan peringkat keenam pada banjir. Hanya di dua bencana alam yakni kekeringan dan angin topan, Indonesia ‘absen’.






BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengetian Tsunami
Tsunami (bahasa Jepang: 津波; secara harafiah berarti “ombak besar di pelabuhan”) adalah sebuah ombak yang terjadi setelah sebuah gempa bumi, gempa laut, gunung berapi meletus, atau hantaman meteor di laut. Tenaga setiap tsunami adalah tetap terhadap fungsi ketinggian dan kelajuannya. Dengan itu, apabila gelombang menghampiri pantai, ketinggiannya meningkat sementara kelajuannya menurun. Gelombang tersebut bergerak pada kelajuan tinggi, hampir tidak dapat dirasakan efeknya oleh kapal laut (misalnya) saat melintasi di laut dalam, tetapi meningkat ketinggian hingga mencapai 30 meter atau lebih di daerah pantai. Tsunami bisa menyebabkan kerusakan erosi dan korban jiwa pada kawasan pesisir pantai dan kepulauan.
Dampak negatif yang diakibatkan tsunami adalah merusak apa saja yang dilaluinya. Bangunan, tumbuh-tumbuhan, dan mengakibatkan korban jiwa manusia serta menyebabkan genangan, pencemaran air asin lahan pertanian, tanah, dan air bersih.
Kebanyakan kota di sekitar Samudra Pasifik, terutama di Jepang juga di Hawaii, mempunyai sistem peringatan dan prosedur pengungsian sekiranya tsunami diramalkan akan terjadi. Tsunami akan diamati oleh pelbagai institusi seismologi sekeliling dunia dan perkembangannya dipantau melalui satelit.
Bukti menunjukkan tidak mustahil terjadinya megatsunami, yang menyebabkan beberapa pulau tenggelam.

B.     Penyebab terjadinya tsunami

 Tsunami dapat terjadi jika terjadi gangguan yang menyebabkan perpindahan sejumlah besar air, seperti letusan gunung api, gempa bumi, longsor maupun meteor yang jatuh ke bumi. Namun, 90% tsunami adalah akibat gempa bumi bawah laut. Dalam rekaman sejarah beberapa tsunami diakibatkan oleh gunung meletus, misalnya ketika meletusnya Gunung Krakatau.
Gerakan vertikal pada kerak bumi, dapat mengakibatkan dasar laut naik atau turun secara tiba-tiba, yang mengakibatkan gangguan kesetimbangan air yang berada di atasnya. Hal ini mengakibatkan terjadinya aliran energi air laut, yang ketika sampai di pantai menjadi gelombang besar yang mengakibatkan terjadinya tsunami.
Kecepatan gelombang tsunami tergantung pada kedalaman laut di mana gelombang terjadi, dimana kecepatannya bisa mencapai ratusan kilometer per jam. Bila tsunami mencapai pantai, kecepatannya akan menjadi kurang lebih 50 km/jam dan energinya sangat merusak daerah pantai yang dilaluinya. Di tengah laut tinggi gelombang tsunami hanya beberapa cm hingga beberapa meter, namun saat mencapai pantai tinggi gelombangnya bisa mencapai puluhan meter karena terjadi penumpukan masa air. Saat mencapai pantai tsunami akan merayap masuk daratan jauh dari garis pantai dengan jangkauan mencapai beberapa ratus meter bahkan bisa beberapa kilometer.
Gerakan vertikal ini dapat terjadi pada patahan bumi atau sesar. Gempa bumi juga banyak terjadi di daerah subduksi, dimana lempeng samudera menelusup ke bawah lempeng benua.
Tanah longsor yang terjadi di dasar laut serta runtuhan gunung api juga dapat mengakibatkan gangguan air laut yang dapat menghasilkan tsunami. Gempa yang menyebabkan gerakan tegak lurus lapisan bumi. Akibatnya, dasar laut naik-turun secara tiba-tiba sehingga keseimbangan air laut yang berada di atasnya terganggu. Demikian pula halnya dengan benda kosmis atau meteor yang jatuh dari atas. Jika ukuran meteor atau longsor ini cukup besar, dapat terjadi megatsunami yang tingginya mencapai ratusan meter.

C.    Syarat terjadinya tsunami akibat gempa

Ø   Gempa bumi yang berpusat di tengah laut dan dangkal (0 – 30 km)
Ø   Gempa bumi dengan kekuatan sekurang-kurangnya 6,5 Skala Richter
Ø   Gempa bumi dengan pola sesar naik atau sesar turun

D.    Sistem Peringatan Dini

Banyak kota-kota di sekitar Pasifik, terutama di Jepang dan  juga Hawaii, mempunyai sistem  peringatan  tsunami dan prosedur evakuasi untuk menangani kejadian tsunami. Bencana tsunami dapat diprediksi oleh berbagai institusi seismologi di berbagai penjuru dunia dan proses terjadinya tsunami dapat dimonitor melalui perangkat yang ada di dasar atu permukaan laut yang terknoneksi dengan satelit.
Perekam tekanan di dasar laut bersama-sama denganperangkat yang mengapung di laut buoy, dapat digunakan untuk mendeteksi gelombang yang tidak dapat dilihat oleh pengamat manusia pada laut dalam. Sistem sederhana yang pertama kali digunakan untuk memberikan peringatan awal akan terjadinya tsunami pernah dicoba di Hawai pada tahun 1920-an. Kemudian, sistem yang lebih canggih dikembangkan lagi setelah terjadinya tsunami besar pada tanggal 1 April 1946 dan 23 Mei 1960. Amerika serikat membuat Pasific Tsunami Warning Center pada tahun 1949, dan menghubungkannya ke jaringan data dan peringatan internasional pada tahun 1965.
Salah satu sistem untuk menyediakan peringatan dini tsunami, CREST Project, dipasang di pantai Barat Amerika Serikat, Alaska, dan Hawai oleh USGS, NOAA, dan Pacific Northwest Seismograph Network, serta oleh tiga jaringan seismik universitas.
Hingga kini, ilmu tentang tsunami sudah cukup berkembang, meskipun proses terjadinya masih banyak yang belum diketahui dengan pasti. Episenter dari sebuah gempa bawah laut dan kemungkinan kejadian tsunami dapat cepat dihitung. Pemodelan tsunami yang baik telah berhasil memperkirakan seberapa besar tinggi gelombang tsunami di daerah sumber, kecepatan penjalarannya dan waktu sampai di pantai, berapa ketinggian tsunami di pantai dan seberapa jauh rendaman yang mungkin terjadi di daratan. Walaupun begitu, karena faktor alamiah, seperti kompleksitas topografi dan batimetri sekitar pantai dan adanya corak ragam tutupan lahan (baik tumbuhan, bangunan, dll), perkiraan waktu kedatangan tsunami, ketinggian dan jarak rendaman tsunami masih belum bisa dimodelkan secara akurat.

E.      Sistem Peringatan Dini Tsunami di Indonesia

Indonesia saat ini sedang melakukan pekerjaan pembangunan Sistem Peringatan Dini Tsunami. Salah satu proyek yang dikerjakan adalah kerjasama dengan negara Jerman. Proyek ini bernama GITEWS (German Indonesia Tsunami Early Warning System). Ada 3 pilot area yang dipilih untuk pelaksanaan proyek ini yaitu Kota Padang, Jawa Tengah (Cilacap, Kebumen dan Bantul) serta Bali (Kab. Badung).
Pengembangang Sistem Peringatan Dini Tsunami ini melibatkan banyak pihak dan instansi-instansi pemerintah. Sebagai koordinator dari pihak Indonesia adalah Kementrian RISTEK (Riset dan Teknologi). Sedangkan instansi yang ditunjuk dan bertanggung jawab untuk mengeluarkan INFO GEMPA dan PERINGATAN TSUNAMI adalah BMG (Badan Meteorologi dan Geofisika)
Tujuan utama pembangunan Sistem Peringatan Dini Tsunami ini adalah untuk terciptanya sebuag sistem yang dapat menginformasikan serta memperingatkan masyarakat luas apabila terjadi suatu Gempa yang berpotensi Tsunami DALAM WAKTU SESINGKAT SINGKATNYA agar kerugian Nyawa dan Materi dapat dihindarkan semaksimal mungkin.

F.     Cara Kerja

Sebuah Sistem Peringatan Dini Tsunami adalah merupakan rangkaian sistem kerja yang rumit dan melibatkan banyak pihak secara internasional, regional, nasional, daerah dan bermuara di Masyarakat.
Apabila terjadi suatu Gempa, maka kejadian tersebut dicatat oleh alat Seismograf (pencatat gempa). Dilautan, peralatan-peralatan elektronis juga mencatat serta merekam data-data dasar serta permukaan laut. Data-data tersebut kemudian dikirim melalui Satelit kekantor-kantor yang berwenang (untuk Indonesia bernama BMG). Selanjutnya BMG akan mengeluarkan INFO GEMPA yang disampaikan melalui peralatan teknis secara simultan. Cara penyampaian Info Gempa tersebut untuk saat ini adalah melalui SMS, Facsimile, Telepon, Email, RANET (Radio Internet), FM RDS (Radio yang mempunyai fasilitas RDS/Radio Data System) dan melalui Website BMG (www.bmg.go.id). Apabila gempa tersebut telah memenuhi syarat atau kondisi terjadinya Tsunami, maka BMG akan mengeluarkan peringatan Awas Tsunami. Artinya, gempa tersebut berpotensi untuk menimbulkan Tsunami. Untuk jenis Peringatan ini maka, pemerintah mengeluarkan isu evakuasi. Untuk kategori Awas Tsunami ini, Pemerintah Daerah mempunyai kewenangan untuk membunyikan SIRENE yang berarti Lakukan Evakuasi ! Peringatan Awas Tsunami ini juga akan secara otomotis ditampilkan melalui Mass Media Elektronik TV dan Radio.
Pengalaman serta banyak kejadian dilapangan membuktikan bahwa meskipun banyak peralatan canggih yang digunakan, tetapi alat yang paling efektif hingga saat ini untuk Sistem Peringatan Dini Tsunami adalah RADIO. Oleh sebab itu, kepada masyarakat yang tinggal didaerah rawan Tsunami diminta untuk selalu siaga mempersiapkan RADIO FM untuk mendengarkan berita peringatan dini Tsunami. Alat lainnya yang juga dikenal ampuh adalah Radio Komunikasi Antar Penduduk. Organisasi yang mengurusnya adalah RAPI (Radio Antar Penduduk Indonesia). Mengapa Radio ? jawabannya sederhana, karena ketika gempa seringkali mati lampu tidak ada listrik. Radio dapat beroperasi dengan baterai. Selain itu karena ukurannya kecil, dapat dibawa-bawa (mobile). Radius komunikasinyapun relatif cukup memadai.


G.    Tsunami dalam sejarah





BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan

Tsunami dapat diartikan sebagai gelombang laut dengan periode panjang yang ditimbulkan oleh gangguan impulsif dari dasar laut. Gangguan impulsif tersebut bisa berupa gempa bumi tektonik, erupsi vulkanik atau longsoran. Kecepatan tsunami yang naik ke daratan(run-up) berkurang menjadi sekitar 25-100 Km/jam dan ketinggian air tsunami yang pernah tercatat terjadi di Indonesia adalah 36 meter yangterjadi pada saat letusan gunung api Krakatau tahun 1883.
Di Indonesia pada umumnya tsunami terjadi dalam waktu kurang dari 40 menit setelah terjadinya gempa bumi besar di bawah laut. Adanya tsunami tidak bisa diramalkan dengan tepat kapan terjadinya, akan tetapi kita bisa menerima peringatan akan terjadinya tsunami sehingga kita masih ada waktu untuk menyelamatkan diri.

B.     Saran

a.      Jika Tsunami Datang

1.      Jangan panik
2.      Jangan menjadikan gelombang tsunami sebagai tontonan. Apabila gelombang tsunami dapat dilihat, berarti kita berada di kawasan yang berbahaya
3.      Jika air laut surut dari batas normal, tsunami mungkin terjadi
4.      Bergeraklah dengan cepat ke tempat yang lebih tinggi ajaklah keluarga dan orang di sekitar turut serta. Tetaplah di tempat yang aman sampai air laut benar-benar surut. Jika Anda sedang berada di pinggir laut atau dekat sungai, segera berlari sekuat-kuatnya ke tempat yang lebih tinggi. Jika memungkinkan, berlarilah menuju bukit yang terdekat
5.      Jika situasi memungkinkan, pergilah ke tempat evakuasi yang sudah ditentukan
6.      Jika situasi tidak memungkinkan untuk melakukan tindakan seperti di atas, carilah bangunan bertingkat yang bertulang baja (ferroconcrete building), gunakan tangga darurat untuk sampai ke lantai yang paling atas (sedikitnya sampai ke lantai 3).
7.      Jika situasi memungkinkan, pakai jaket hujan dan pastikan tangan anda bebas dan tidak membawa apa-apa

b.      Sesudah Tsunami

1.      Ketika kembali ke rumah, jangan lupa memeriksa kerabat satu-persatu
2.      Jangan memasuki wilayah yang rusak, kecuali setelah dinyatakan aman
3.      Hindari instalasi listrik
4.      Datangi posko bencana, untuk mendapatkan informasi Jalinlah komunikasi dan kerja sama degan warga sekitar
5.      Bersiaplah untuk kembali ke kehidupan yang normal







DAFTAR PUSTAKA