Silahkan membaca, cermati dan jadikan inspirasi.
Jangan hanya Copas karena ini adalah pendapat saya (pendapat=belum tentu
kebenarannya), maka dari itu, silahkan tinggalkan komentar untuk perbaikan dari
kekurangan tulisan ini.
Terimakasih........
KEBIJAKAN
PEMERINTAH TERKAIT MASALAH KEPENDUDUKAN
1.
Studi Kasus:
Republik Rakyat China (RRC)
a. Profil Negara Republik Rakyat China
Republik Rakyat China merupakan sebuah negara yang berfaham komunis, terletak
di Asia Timur yang beribu kota di Beijing dengan kota besar yang terkenal,
Shanghai. Negara ini adalah negara dengan kapasitas penduduk terpadat di dunia.
Sensus penduduk pada tahun 2000 sekitar 1.242.612.226 jiwa dan diperkirakan
pada tahun 2010 sebesar 1.338.612.968 jiwa. RRC merupakan salah satu anggota
tetap Dewan Keamanan PBB.
Peradaban China kuno merupakan salah satu peradaban termasyhur di
tanahAsia. Dalam sejarah, kawasan China kuno ini meliputi wilayah “Zona
Tionghoa” yang terdiri dari Korea, Vietnam, pulau Liu Chin. Sekarang kawasan-kawasan
ini menjadi negara-negara yang bebas terbentang dari negara RRC, Korea (Utara
dan Selatan), Hongkong, Singapura dan Taiwan. Negara-negara bekas kawasan China
kuno ini telah bermetamorfosis menjadi negara-negara adidaya kawasan Asia, menemani
negara tetangga, Jepang. Jepang sendiri pada masa kuno menguasai kawasan “ Zona
Asia Dalam” yang meliputi non-China, Manchu, Mongol, Uighur, Turki, dan Tibet.
b. Penduduk China
Kuantitas
Penduduk :
1.
Pertumbuhan penduduk negara ini adalah 0,8% setiap tahun.2.
2.
Sebagaian besar penduduk tinggal di wilayah pedesaan.
Kualitas
Penduduk :
1.
Pendidikan penduduknya sebagian besar sudah tamat
SLTA.2.
2.
Angka harapan hidup penduduknya adalah 71 tahun.3.
3.
Penduduknya mempunyai pendapatan perkapita $ 7.640.
c. Kebijakan Pemerintah China Terkait Masalah
Kependudukan
Pemerintah China telah menggunakan beberapa metode untuk mengendalikan
pertumbuhan penduduk. Pada tahun 1979, China memulai "kebijakan satu anak
per keluarga". Kebijakan ini menyatakan bahwa warga negara harus
mendapatkan akte kelahiran sebelum kelahiran anak mereka. Wargaakan ditawarkan
manfaat khusus jika mereka sepakat untuk hanya memiliki satu anak. Warga negara
yang memang memiliki lebih dari satu anak akan dikenakan pajak sampai 50% dari
pendapatan mereka, atau dihukum kehilangan pekerjaan atau manfaat lainnya.
Selain itu, kehamilan yang tidak direncanakan atau kehamilan tanpa otorisasi
yang tepat akan perlu dihentikan. Pada tahun 1980, sistem kuota kelahiran
didirikan untuk memantau pertumbuhan penduduk. Dibawah sistem ini, pemerintah
menetapkan tujuan target untuk setiap wilayah. Pejabat lokal bertanggung jawab
untuk memastikan bahwa populasi total pertumbuhan tidak melebihi target
sasaran. Jika target sasaran tidak dipenuhi, para pejabat lokal dihukum oleh
hukum atau oleh hilangnya hak istimewa.
Metode pengendalian populasi. Metode lain yang telah digunakan oleh pemerintah
China untuk membatasi meningkatnya total populasi, termasuk program
pengendalian kelahiran dan perubahan ekonomi. Pada era '80-an, tujuan sterilisasi
telah ditetapkan dan diwajibkan bagi orang yang memiliki dua anak. Pada
puncaknya pada tahun 1983, tercatat legasi tubal, vasectomi dan aborsi meningkat
hingga sebesar 35% dari total kelahiran. Selain itu, perekonomian utama berubah
dari pertanian ke industri. Pemerintah menggunakan ini sebagai keuntungan dalam
menyebarkan pandangan bahwa pertumbuhan ekonomi akan menghambat pertumbuhan
populasi.
Masalah yang terkait dengan kebijakan kependudukan. Ada banyak masalah
yang terkait dengan kebijakan dan program yang ditetapkan oleh pejabat China.
Pertama, program ini sulit untuk diterapkan dan hanya menghadirkan sedikit
kesuksesan. Pejabat lokal yang bertanggung jawab atas total pertumbuhan telah
memalsukan laporan untuk menghindari hukuman. Akibatnya, tidak adanya laporan
jumlah kelahiran sebanyak 27% pada tahun 1992. Selain itu, sesuai dengan sistem
kuota kelahiran masih rendah. Dari 14.808 bayi lahir antara 1980-1988, hanya
sekitar setengah yang memiliki izin kelahiran sesuai hukum. Mereka yang lahir
dengan legal, 88% adalah anak pertama yang kemudian diizinkan lahir. Selanjutnya,
jika anak kedua lahir, hanya 11% yang diizinkan. Terakhir, orang-orang dari
masyarakat pedesaan, yang ingin memiliki keluarga yang lebih besar untuk
membantu peternakan keluarga, tidak bisa mentaati sistem kuota kelahiran.
Konsekuensi sosial dan politik. Pemerintah China juga harus berurusan dengan
pergolakan politik dan sosial sebagai akibat dari kebijakan yang ketat. Amerika
Serikat, serta banyak negara lain, secara terbuka telah menyatakan ketidaksetujuan
mereka dengan para pemimpin China untuk kebijakan sterilisasi mereka. Selain
itu, warga China telah membalas dengan aksi kekerasan terkait dengan kebijakan
satu anak. Akhirnya, preferensi budaya untuk anak-anak telah menyebabkan
sejumlah besar insiden pembunuhan bayi perempuan. Akibatnya, pemerintah China
telah mengambil kebijakan "daughter only household " yang memungkinkan
pasangan pedesaan yang awalnya memiliki anak perempuan pertama diizinkan untuk
memiliki anak kedua.
Manfaat sosial dan ekonomi. Selama lima puluh tahun terakhir, China telah
meningkatkan standar hidup dengan tetap menurunkan tingkat pertumbuhan. Akses
ke sumber daya alam telah meningkat secara drastis sejak tahun 1980. Menurut State
Family Planning Commission (SFPC), cakupan air ledeng telah meningkat dari 84%
persen menjadi 94% dalam lima belas tahun terakhir. Selain itu, cakupan gas
alam telah meningkat dari 16% menjadi 73%. Selain itu, cakupan medis telah
diperluas untuk mencakup kelahiran dan asuransi kompensasi pekerjabagi para ibu
yang mengikuti kebijakan kelahiran di China. Pada tahun 1998, 19% penduduk
China menggunakan kebijakan ini. Manfaat lainnya adalah peningkatanharapan hidup
rata-rata dari 35 tahun pada tahun 1949 menjadi 70 tahun padatahun 1996, dan
menurunkan angka kematian bayi dari 200:1000 menjadi 33:1000.
Hasil di masa depan. Reformasi serius adalah yang diperlukan
untuk memastikan bahwa penduduk China tidak akan terus tumbuh. Kebijakan
yang lebih baik, pendidikan yang lebih baik, dan urbanisasi dapat membantu
China untuk mencapai target populasi. Sejak tahun 1980, China telah menyadari pentingnya
kolaborasi antar lembaga, dan itulah yang membuat SFPC terbentuk. Lembaga ini,
bersama dengan yang lain bertugas mengumpulkan informasi tentang total populasi
dan membantu pemerintah untuk melaksanakan kebijakan. Proyeksi pertumbuhan
penduduk China diperkirakan sekitar 1,5 miliar pada tahun 2025 (PRB 7). Angka
ini akan terus meningkat, dan beban sosial dan ekonomi akan terus mewabahi
semua orang yang tinggal di China.
d. Kemajuan China
Jika dilihat dari sudut perekonomian dan tatanan kenegaraan, China telah melewati
tiga fase panjang dalam sejarah perekonomian maupun kenegaraannya setelah
bangsa ini berubah menjadi negara reformasi. Pertama berkisar pada tahun 1946-1976,
merupakan era Mao Zedong. Negara China pada masa kepemerintahan Mao cenderung
tetutup dari politik luar negeri maupun perekonomian luar negeri. Segala kebijakan
yang berkenaan dengan politik, budaya, maupun pendidikan hanya diputuskan di
pusat pemerintahan, yakni diBeijing dan dilandaskan pada ajaran Mao (Maoisme).
Atas ketertutupan inilah maka China dijuluki sebagai “Negara Tirai Bambu”.
Fase kedua yang berkisar pada tahun 1978-2008 merupakan fase kepemimpnan
Deng Xioping. Pada masa kepemimpinannya negara China cenderung terbuka baik
dalam perekonomian maupun dalam berpolitik di kancah domestik maupun
internasional. Deng Xiaoping merupakan pemimpin yang sangat dikagumi rakyat
dalam kepemimpinannya. Kepandaiannya dalam berpolitik dan berdiplomasi sangat
hebat. Seorang negarawan Malaysia, DR. Mahathir Muhammad dalam A Globalization
With Commen Development (Oktober 2001) mengatakan “Tidak dapat dipungkiri lagi
bahwa salah satu pria terhebat abada ke-20 adalah Deng Xiaoping, bapak dari
empat modernisasi China. Petuah-petuahnya harus selalu ada di benak kita bila
berbicara tentang isu-isu besar dunia, bahkan untuk selamanya”.
Dari pernyataan DR. Mahathir telah digambarkan betapa besarnya
sosok pemimpin Deng Xiaoping dimata kawan maupun lawan berpolitiknya.
Pemimpin China yang satu ini juga memberikan andil yang besar atas
kebijakan-kebijakanyang diambil oleh keputusan pemerintah pusat. Dalam
perekonomian misalnya, Deng berani mengambil suatu kebijakan yang krusial,
yakni sedikit melenceng dari rambu-rambu faham sosialis. Deng berkata dalam
pidato kenegaraannya “Tidak penting seekor kucing itu berwarna hitam maupun
putih, yang pentingadalah seekor kucing bisa menangkap tikus”.
Ucapan Deng tersebut ditujukan untuk menanggapi kritikan
negara-negarasosialis yang tidak mengakui kepemilikan maupun kekayaan individu,
meliputi negara-negara bekas Uni Soviet. Pada awalnya, China merupakan negara
yang berfaham sosialis dalam tatanan perekonomian mereka, namun Deng memerintahkan
orang-orang pemerintahan di bawahnya untuk mengambil beberapa kebijakan yang
baik dan bisa mendatangkan keuntungan bagi negaranya, walaupun harus
bertentangan dengan kebijakan kaum sosialis pada umumnya. Namun China masih
mengklaim dirinya sebagai negara sosialis dan kebijakan perekonomian yang
diambil juga mayoritas mencerminkan kesosialismenya.
Selain kebijakan di bidang perekonomian, Deng juga mengambil kebijakan di
dalam menanggulangi masalah over-population. Deng menerapkan kebijakan satu
anak bagi setiap keluarga di China. Kebijakan yang kemudian dijadikan sebagai
peraturan negara, diambil atas dasar kekhawatiran pemerintahan terhadap meledaknya
jumlah penduduk di China. Akan tetapi kebijakan ini tidak berjalan sebagaimana
yang diharapkan pemerintah. Peraturan satu anak hanya berjalan dipusat-pusat
perkotaan, sementara di desa dan daerah-daerh pelosok masih belumbisa
dilaksanakan oleh masyarakat. Mengingat pada waktu itu pedesaaan cenderung
membutuhkan anak laki-laki untuk menggarap tanah yang warga miliki.
Kepemerintahan Deng juga membuat revolusi dibidang pendidikan. Pada awal
mula dia memerintah Republik Rakyat China, Deng sangat memperhatikan pendidikan
di negaranya. Deng berkata dalam pidato di depan masyarakat China (1978) :
“Bila China ingin memodernisasi perindustrian, pertanian, danpertahanan, maka
yang harus dimodernisasikan dulu adalah sains dan teknologi serta menjadikannya
kekuatan produktif”.
Fase ketiga adalah masa-masa generasi penerus, pada tahun 1992-2003 China
diperintah oleh Jiang Zemin / Zhu Rongji dan diteruskan lagi oleh duet Hu Jianto
/ Wen Jiabo sejak tahun 2003 sampai sekarang. Hu / Wen tetap menjalankan landasan-landasan
dan juga cita-cita yang dirintis oleh Deng Xioping. Kebijakan-kebijakan yang
diambil Hu / Wen mencerminkan betapa Deng sangat hidup di hati masyarakat
China. Hu / Wen juga bisa menghantarkan China hingga saat ini.
Keberhasilan China dalam perekonomian sudah terbukti kredibilitasnya. Terbukti
sejak tahun 1980 hingga saat ini China masih terus tumbuh dengan rata-rata
angka pertumbuhan perekonomian yang hampir mencapai dua digit setiaptahunnya.
Perindustrian China telah melakukan terobosan-terobosan baru dalam memasuki
pasar perindustrian. Semua ini didukung oleh sumber daya manusia yang tinggi
juga aliran dana yang masuk dari kalangan investor baik investor domestik
maupun luar negeri.
Dari artikel diatas saya
dapat menyimpulkan :
- Permasalahan kependudukan di China dibagi menjadi dua yaitu demografis yang berkaitan dengan fisik / kuantitatif dan non demografis yang lebih ke arah kualitatif.
- Kebijakan memiliki "satu anak" di China secara universal diakui efektif untuk mengendalikan populasi di negara itu. Meskipun demikian, China adalah rumah bagi sekitar 1,3 miliar orang, lebih dari sepertujuh orang di planet ini hidup di negara itu.
- Permasalah demografis meliputi jumlah penduduk yang tinggi (over population) yang menempati urutan ke 1 di dunia, tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi, dan persebaran penduduk yang tidak merata.
- Permasalahan non demografis meliputi rendahnya tingkat kesehatan, rendahnya tingkat pendidikan, dan juga tingginya jumlah penduduk miskin.
- Secara garis besar terjadi penurunan yang signifikan terhadap tingkat pertumbuhan penduduk, jumlah kematian bayi, dan jumlah rakyat miskin.
- Adanya berbagai program untuk mengurangi berbagai masalah kependudukan seharusnya menjadi perhatian semua pihak yang terkait agar perbaikan kualitas SDM terus terjadi. Selain itu pemerintah seharusnya memperhatikan kembali kebijakan yang telah dibuat guna kesejahteraan rakyat China.
DAFTAR
PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar